Akoe...

24 April 2009

Jika akoe menerima tawaran dari kakakkoe itu, brarti akoe sudah membuat suatu keputusan untuk hidupkoe nanti. Malam itu terasa penat. Hampir gila akoe dibuatnya. Mungkin jam yang berdentang kini turut hadir menyaksikan keraguan koe dan menjadi saksi sebuah keputusan besar dalam hidupkoe. Boneka yang koepeluk erat ini satu-satunya kenangan darinya. Dia begitu indah, hampir mendekati perfect dalam kriteriakoe. Evan namanya.
Entahlah akoe hanya ingin melanjutkan hidupkoe tanpa ada keraguan dan kebimbangan yang terus merasuki hidupkoe.
Dan akhirnya akoe pun memutuskan "Yup!" dengan harapan ini adalah salah satu alasan kenapa akoe berada didunia ini.
Berjalannya hari-harikoe bersama Fian Andrinata, setelah pertemuan singkat itu hubungankoe dengannya semakin mendekati keseriusan yang lebih.
Usiakoe terpaut tujuh taon lebih tua darinya. Dia berpostur tinggi, hitam manis, baek dan sangat menghargai wanita, tutur katanya sangat sopan, dan dia seorang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bunga. Namun sampai detik ini akoe pun belum merasakan yang namanya cinta kepadanya hatikoe masi berada di Evan. Namun akoe tau hal itu tak mungkin. akoe juga tak tau kabar darinya. Disini akoe hanya bisa menjaganya. Namun mungkin tak akan bisa lagi.
Sebenernya jauh dari angankoe bisa menjadi pendamping Fian. Tapi desakan dari ortu dan keluargaku terus menghantuiku.
Hingga waktu itu di sebuah restaurant ternama di kota Apel ini dia brani "memintakoe". Jujur shock, bingung, gemetar, dan tak bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Dan dia kembali bertanya " Aku ingin kamu jadi semangat dalam sepanjang nafasku" dengan menyematkan cincin perak yang anggun di jemarikoe. Saat itu untunya akoe masi punya tenaga untuk tersenyum dan pasrah. Ya Tuhan smoga ini jalankoe. Jalan yang sudah Engkau takdirkan untukkoe.
(to be continue)

0 komentar:

Posting Komentar

suka suka